JENIS-JENIS TINDAK KEKERASAN KOLEKTIF

JENIS-JENIS TINDAK KEKERASAN KOLEKTIF

Dr. Argyo Demartoto, M.Si

 

Tindak kekerasan kolektif merujuk pada tindakan suatu kelompok orang baik untuk mengancam, menyakiti, merusak, mengambil maupun menghilangkan nyawa individu atau kelompok orang lainnya. Kata kolektif disini digunakan untuk menekankan bahwa perbuatan itu merupakan keputusan lebih dari satu orang.

Stuart W Twemlow dan Frank C. Sacco dalam buku Collective Violence menjelaskan tentang jenis-jenis tindak kekerasan kolektif sebagai berikut:

  1. 1.    Mob violence kk

Mob violence seperti kerusuhan memiliki karakteristik yang umum, yaitu emosional, irasional dan like-mindedness. Dalam Ameri­can Psychological Association disebutkan enam (6) karakteristik mob violence:

  1. Pertama, kerusuhan seperti gang participation menyediakan kebutuhan psikososial.
  2. Kedua, data partisipan kerusuhan biasanya adalah pemuda dan remaja.
  3. Ketiga, hal yang tipikal adalah partisipan dalam kerusuhan bukanlah kriminal ataupun penyimpang.
  4. Keempat individu yang kehilangan memainkan peranan yang penting untuk yang lain berpartisipasi.
  5. Kelima, anggota memasuki proses pergantian dalam kontinuum destruksi. Kekerasan dapat berjalan secara cepat melalui proses penularan.
  6. Keenam, orang-orang yang berdiri didekatnya atau penonton memiliki kemampuan untuk mempengaruhi melalui tindakan atau pasif. Semakin penonton bertindak seperti mob, semakin besar potensi pengaruhnya.

 

  1. 2.    Gang violence  k

American Psychological Association mencatat bahwa geng di Amerika Serikat biasanya terdiri dari laki-laki yang berasal dari etnis minoritas yang bergabung karena kebutuhan memiliki dan definisi diri dan rasa ikatan. Walaupun hanya sebagian kecil anak-anak muda yang bergabung dalam geng namun pembunuhan dan penyerangan hebat tiga kali lebih banyak dilakukan oleh anggota dari geng dibandingkan dengan yang bukan anggota geng. Seperti dinyatakan dalam Violence and Youth: Psychology’s Response. Vol.1 Washington DC, American Psychology Association. 1993. hlm. 29.:

Gang violence appears to have increased in levels and lethality during the 1980s. Studies in the early 1970s reviewed few or no homicides in the United States attributable to gang violence. By 1980, however there were 351 gang-related homicides in Los Angeles between 1985 and 1989. Gang demographics changed in the begin­ning of the 1980. Delinquent gangs no longer are confined to certain states and to the inner city and their membership encompasses a wide age range, with members as young’as 9 and old as 30.

 

Perkelahian antar geng lebih bernuansa kriminal. Ketika kompetisi perdagangan narkoba meningkat, tindakan kriminal yang dilakukanpun meningkat seperti pemboman. Penggunaan senjata tidak hanya terjadi di Amerika tapi juga menyebar ke negara-negara Eropa.

 

  1. 3.    Syndicated Crime j

Kejahatan sindikat merupakan kejahatan yang terorganisir dengan baik. Misalnya perjudian, prostitusi, pemerasan dan lain sebagainya.

 

  1. 4.    Hate Crimes j

Kejahatan yang bermotivasikan kebencian meningkat di Amerika. Kejahatan jenis ini melibatkan kekerasan secara langsung kepada anggota ras, agama, minoritas etnis, mayoritas kelompok, pcrempuan, lesbian, gay dan biseksual.

 

  1. 5.    Domestic Terrorism h

Dalam tren yang tidak menyenangkan, pemimpin milisi mengklaim bahwa keanggotaan dalam kelompok “patriot” meningkat tujuh kali lebih banyak sejak pemboman Oklahoma City pada tahun 1995. Terorisme adalah suatu strategi yang melibatkan ancaman atau menggunakan kekerasan yang ditujukan kepada or­ang (biasanya sipil) ataupun kekayaan. Tujuannya dapat bersifat politis, agama dan bermaksud untuk memaksa pemerintah, organisasi atau segmen dari masyarakat agar memenuhi tuntutan dari teroris.

 

  1. 6.    Lethal Violence by the Government h

Sangat disayangkan, pembunuhan yang dilegitimasi oleh pemerintah dalam bentuk kekuatan polisi, perang dan tindakan kekerasan oleh agen-agen pemerintah dan departemen adalah biasa. Hal ini dikarenakan negara me­miliki monopoli melegitimasikan penggunaan kekerasan untuk melindungi masyarakat baik dari dalam maupun dari luar.

 

  1. 7.    Genocide h

Genocide adalah pembinasaan secara sistematis terhadap etnis, agama, politik dan etnis tertentu. RJ Rummel, profesor ilmu politik dari Universitas Hawaii yang dinominasikan mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian atas kerjanya dalam mendalami genocide, menunjukkan adanya hubungan yang erat antara pembunuhan dengan tipe pemerintahan. Se­makin demokratis dan kurang totaliter suatu pemerintah maka semakin sedikit democide (genocide yang dilakukan oleh pemerintah) yang terjadi. Penyebab utama democide adalah kekuasaan yang tak terkontrol di tangan seorang diktator yang menjustifikasi pembunuhan atas nama kesatuan nasional, kemurnian ras, kemenangan, doktrin atau utopia.

 

Referensi :

American Psychology Association, “Summary Report of the American Psychology Association Com­mission of Violence and Youth“, dalam Violence and Youth: Psychology’s Response. Vol.1 Washington DC, American Psychology Association. 1993. hlm. 29.

 

Harold V. Hall. “Violent Groups and Institu­tions in The United States“, dalam Collective Violence. edited by Harold V. Hall dan Leighton C. Whitaker, CRC Press, 1998. hlm. 5.